1.1 Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan
langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Dalam observasi
guru tidak perlu mengadakan komunikasi langsung dengansiswa. Observasi dapat
dilakukan pada berbagai tempat misalnya di kelas pada waktu pelajaran,di
halaman pada waktu murid bermain-main, di lapangan pada waktu murid olahraga,
upacara,perayaan, di rumah pada waktu senggang, pada tempat karyawisata dll. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak selalu dapat diukur dengan alattes, sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sukar diukur secara kuantitatif danobyektif misalnya asfek afektif dan psikomotor yang mencakup sifat, sikap, kebiasaan berkerjadengan baik, kerjasama, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, tenggang rasa, solidarias,nasionalisme, pengabdian, keyakinan/ optimisme dan lain-lain. Untuk mengukur kedua sapek ituperlulah alat penilaian yang sesuai dengan memenuhi syarat
upacara,perayaan, di rumah pada waktu senggang, pada tempat karyawisata dll. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak selalu dapat diukur dengan alattes, sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sukar diukur secara kuantitatif danobyektif misalnya asfek afektif dan psikomotor yang mencakup sifat, sikap, kebiasaan berkerjadengan baik, kerjasama, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, tenggang rasa, solidarias,nasionalisme, pengabdian, keyakinan/ optimisme dan lain-lain. Untuk mengukur kedua sapek ituperlulah alat penilaian yang sesuai dengan memenuhi syarat
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan instrument penilaian?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis dari instrument penilaian?
1.2.3 Apa saja syarat dari sebuah instrument penilaian?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan instrument
penilaian.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis dari instrument penilaian.
1.3.3 Mengetahui syarat-syarat dari sebuah instrument
penilaian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 .Pengertian
Instrumen
Penilaian
Alat atau
instrumen evaluasi yang baik mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan
hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
2.2 Jenis-jenis Instrumen
Penilaian
2.2.1
Alat/ Teknik Non Tes
Teknik penilaian non tes berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes.Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:
2.2.1.1
Scala bertingkat (rating cale)
Yang dimaksud dengan skala
bertingkat atau rating scala adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan
danpenghayatan pembelajaran yang telah diberikanContoh: adalah skor atau biji
yang diiberikanoleh guru disekolah untuk mnggambarkan tingkatprestasi belajar
siswa.
Yang mendapat skor 8, digambarkan
ditempat yang lebih kanan dalamskala. Dibandingkan penggambaran skor 5.4 5
6 7 8Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan
jarak yang sama.Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi
dengan demikian maka skalaini dinamakan skala bertingkat.
2.2.1.2 Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal
sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus diisioleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner
iniorang dapat diketahui tentang data/Data diri, pengalaman, pengetahuan
tentang sikaf atau pendapatnya dan lain-lain. Tentang macam kuesioner, dapat
ditinjau dari segi:
a.
Ditinjau
dari siapa yang menjawab, maka ada:
1)
Kuesioner
langsung
2)
Kuesioner
tidak langsung
b.
Ditinjau
dari cara menjawabnya
1)
Kuesioner
tertutup
2)
Kuesioner
terbuka
2.2.1.3 Daftar cocok
(check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok
adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden
yang dievaluasi tinggal membutuhkan tanda cocok (v)ditempat yangtelah
disediakan.
2.2.1.4 Wawancara
(interview)
Wawancara atau interview adalah
suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari respoden dengan jalan tanya jawab sepihak. Ditinjau dari
segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a.
Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara
bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa
pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak
hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
b.
Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin,
pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
c.
Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin,
pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang
dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang
ditanyakan secara garis besar.
2.2.1.5 Pengamatan
(observation)
Pengamatan atau observasi adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakanpengamatan secara teliti
serta pencatan sistematis.Ada 3 macam observasi:
a.
Obserpasi
partisipan
b.
Pengamatan
sistematis ± non sistematis
c.
Pengamatan
eksperimental
Agar obserfasi itu efektif, guru perlu memperhatikan
petunjuk-petunjuk berikut ini:
a.
Guru
harus mengetahui dengan jelas apa yang ingin diobservasikannya.
b.
Guru
hendaknya memperhatikan satu dua anak tertentu, sehingga pengamatannya lebih intensif.
c.
Guru
harus mencatat hasil pengamatanya dengan obyektif, yakin sesuai dengan apa
yangbenar-benar dilihatnya jadi jangan mencampurkan dengan tafsirannya.
2.2.1.6 Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes
dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagaibahan informasi penelitian.
Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpatmenarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
2.2.2
Alat/
Teknik Tes
Tes
adalah suatu alat untuk memperoleh sampel tingkah laku dari suatu ranah
tertentu. Tes adalah suatu alat yang sistematis untuk mengamati dan
mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan skala
numerik atau sistem kategori. Tes dibagi menjadi tiga, yaitu:
2.2.2.1 Tes Diagnostik
Tes
dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain
yang dimiliki oleh seseorang. Tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut
dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan
yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Fungsi tes
diagnostic, yaitu:
a.
Mengidentifikasi masalah atau kesulitan
yang dialami siswa
b.
Merencanakan tindak lanjut berupa
upaya-upaya pemecahan sesuai masalah
atau kesulitan yang telah teridentifikasi
Tes
diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan
belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain
memiliki fungsi diagnostik, (b) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber
kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah
(penyakit) siswa, (c) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk
uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara
lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response
(misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih
jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan
tipe kesalahan atau masalahnya, dan (d)
disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan
(penyakit) yang teridentifikasi.
2.2.2.2 Tes Formatif
Tes
formatif adalah penilaian tentang prestasi siswa, yang terintegrasi dalam
rencana pelajaran. Penilaian yang terus menerus dilakukan berfungsi untuk memberikan
arah dalam melakukan kegiatan berikutnya.
Tes formatif dilakukan pada setiap periode waktu tertentu dan digunakan untuk memonitor
kemajuan siswa (Silverius, 1991: 4-5).
Frekuensi pemberian tes formatif
disesuaikan dengan banyaknya topik (sub pokok bahasan) dalam satu program
pengajaran tersebut. Sebaiknya setiap akhir sub pokok bahasan perlu diberikan
tes formatif, yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penguasaan para siswa
pada sub pokok bahasan tersebut.
Tujuan tes formatif adalah untuk
membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar pada materi-materi yang
khusus (tertentu) sehingga siswa mempunyai penguasaan yang tuntas (mastery).
Evaluasi formatif sebenarnya merupakan suatu penilaian dari program yang sedang
berlangsung yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan
program pengajaran, identifikasi dari keefektifan proses pengajaran, dan
penilaian dari proses pengajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes
formatif adalah tes yang digunakan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung dalam satu program tertentu (misal caturwulan/semester).
Hal ini berguna untuk memberikan umpan balik kepada siswa, sudah seberapa besar
penguasaan siswa dalam topic pengajaran yang telah diajarkan, sehingga melalui
umpan balik dan perbaikan, semua siswa dapat mempunyai penguasaan yang baik. Tes
formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a.
Tes
Uraian
Tes subjektif atau yang biasa
disebut dengan tes uraian adalah salah satu bentuk tes untuk memperoleh skor
yang dipengaruhi oleh opini atau penilaian dari seseorang. Jenis tes uraian
menghendaki siswa merumuskan jawaban sendiri. Siswa tidak memilih jawaban
melainkan memberi jawaban dengan kata-katanya sendiri. Jawaban terhadap butir
tes uraian diberikan oleh siswa dengan kata-kata sendiri. Jawaban terhadap
butir tes uraian diberikan oleh siswa dengan kata-katanya sendiri, maka jawaban
tersebut hanya dapat diperiksa oleh mereka yang menulis butir atau oleh mereka yang
tahu persis mengenai masalah yang ditanyakan dalam soal. Jawaban butir soal
uraian harus dibaca satu per satu, dibandingkan dengan jawaban yang dikehendaki
oleh penulis soal, dan kemudian diberi skor menurut pedoman yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Pemberian tes uraian dimaksudkan
untuk mengembangkan secara penuh respons siswa. Tes uraian mengharuskan siswa
untuk mengingat kembali, menginterpretasi, atau menganalisis daripada sekedar mengidentifikasi,
mempersiapkan alternatif jawaban seperti yang terjadi pada tes pilihan ganda. Demikian
pula, tes uraian digunakan untuk mengembangkan secara penuh kemampuan siswa
dalam memberikan tanggapan/jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Selain
ingatan dan penerapan akan suatu konsep, ketajaman analisis dan interpretasi
sangat diperlukan dalam menjawab tes uraian.
Dengan tes uraian, pemberi tes/guru
dapat dengan mudah mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep atau belum,
dan sejauh/sedalam mana daya analisis yang dimiliki siswa. Hal ini tampak jelas
dari jawaban siswa yang tertulis dalam lembar jawaban. Setiap langkah dalam
menjawab pertanyaan dapat menjadi indikator sejauh mana penguasaan siswa. Di
sisi lain pekerjaan pemberi tes/guru menjadi berat, sebab mengoreksi jawaban
tes uraian harus teliti, cermat membutuhkan waktu banyak, mempunyai wawasan
luas tentang kemungkinan-kemungkinan jawaban yang muncul, dan memberikan skor setiap
jawaban siswa agak sulit. Butir-butir tes uraian sangat efektif mengukur hasil
belajar tingkat yang tinggi, seperti analisis, sintesis, dan evaluasi (Charles
D. Hopkins and Richard L. Antes, 1990:185).
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penyusunan bentuk tes uraian yaitu:
1)
dari
segi isi yang diukur hendaknya ditentukan dengan jelas abilitasnya (pemahaman
konsep, aplikasi suatu konsep, analisis dari suatu permasalahan, dan aspek
kognitif lainnya). Tetapkan materi essensial yang akan ditanyakan
2)
dari
segi bahasa, gunakan bahasa yang baik dan benar, sederhana, singkat, jelas apa
yang hendak ditanyakan
3)
dari
segi teknis penyajian soal, jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang
sama. Perhatikan waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal tersebut. Bedakan
bobot penilaian untuk setiap soal disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal
4)
dari
segi jawaban, setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan
jawaban yang diharapkan atau dengan kata lain adanya satu jawaban yang benar.
Tes uraian termasuk dalam tes tertulis yang merupakan alat penilaian yang
penyajiannya maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Bentuk tes tertulis
dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian
(esai).
b.
Tes
Pilihan Ganda
Tes objektif adalah tes yang dapat
diskor secara objektif, karena pemeriksaannya atau penskorannya tidak selalu
dilakukan oleh manusia tapi dapat dilakukan oleh mesin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hopkins dan Antes yang mengemukakan bahwa dalam butir soal objektif,
pemeriksaan tes tidak memberikan penilaian tentang mutu jawaban siswa, tetapi
hanya mencocokkan jawaban siswa dengan kunci jawaban (Hopkins dan Antes,1990:
175). Secara umum terdapat tiga tipe tes objektif yaitu: pilihan ganda (multiple
choice), benar-salah (true-false), dan menjodohkan (matching).
Bentuk tes pilihan ganda yang pada
umumnya terdiri atas satu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan yang
disebut item dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau options.
Grounlund (1993: 40) mengemukakan bahwa soal pilihan ganda terdiri dari dua
bagian, yaitu: pokok soal (item) dan alternatif jawaban (options). Pokok (item)
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Apabila dalam bentuk pertanyaan, dapat
berupa pertanyaan lengkap atau tidak lengkap, bahkan mungkin pertanyaan dan
pernyataan. Sedangkan alternatif jawaban (options) terdiri atas beberapa
pilihan dan salah satu dari alternatif pilihan ini adalah kunci jawaban, serta
alternatif jawaban lainnya adalah pengecoh atau distraktor. Tipe butir soal
pilihan ganda adalah suatu butir yang alternative jawabannya lebih dari dua.
Biasanya digunakan 3 atau 4 alternatif jawaban untuk sekolah dasar dan 5
alternatif jawaban untuk sekolah menengah.
Menurut Ebel dan Frisbie (!986:
66-67), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pengecoh dengan
baik adalah:
1)
Masing-masing
pengecoh harus dibuat sama panjang
2)
Dapat
dipikirkan sebagai gabungan beberapa pernyataan untuk menjawab pertanyaan
3)
Jika
butir soal menghendaki jawaban ya atau tidak maka alternatif jawaban harus
disertai penjelasan
4)
Perlu
digunakan kombinasi dua elemen dalam alternatif jawaban, jika alternatif
jawaban masih sukar dipahami perlu dipertimbangkan kembali pokok soalnya.
Bryant (1996: 3) mengungkapkan
keunggulan tes pilihan ganda sebagai berikut:
1)
dapat
secara komprehensif untuk materi yang luas, karena banyak pertanyaan yang dapat
dibuat
2)
dapat
digunakan untuk mengetes berbagai tingkatan belajar
3)
mempunyai
reliabilitas yang tinggi dalam pengukuran dan pemberian sekor
4)
memerlukan
biaya tinggi tetapi dapat digunakan secara efektif
5)
dapat
dikembangkan menjadi tes baku
6)
dapat
digunakan dengan baik untuk mengetahui kesulitan siswa jika options yang
dipilih salah.
Dari uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah seperangkat tes yang setiap butirnya
menyediakan beberapa alternatif jawaban dimana salah satunya merupakan jawaban
yang benar dan lainnya merupakan pengecoh (distractor). Alternatif jawaban
tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima pilihan.
2.2.2.3 Tes
Sumatif
Istilah
sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes
sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam
sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari. Penilaian sumatif
berlangsung pada akhir program untuk memberikan informasi yang potensial
tentang manfaat program. Berdasarkan hasil tes formatif maka perbaikan
dilakukan sebelum pembelajaran dapat dilanjutkan. Pada saat pembelajaran
berakhir maka dilakukan tes sumatif. Kedua penilaian ini penting karena
keputusan diperlukan selama proses, tingkat perkembangan kegiatan, untuk
memperbaiki dan memperkuat setelah stabil, untuk menilai manfaat, dan menentukan
masa depan kegiatan.
2.3 Syarat Instrumen Penilaian
Instrumen evaluasi hendaknya memenuhi syarat sebelum di
gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari
kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat
evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau
tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya. Instrumen evaluasi
yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
2.3.1
Validitas
Sebuah instrumen evaluasi dikatakan
baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini
adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada
tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek
Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendah nya validitas instrumen dapat di
hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2.3.2
Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta menghasilkan hasil
pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan selalu sama
tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada
lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan
pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu.
Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan
dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
2.3.3
Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya
terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari si evaluator dalam
menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
Evaluasi harus dilakukan secara
kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka
evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan Audience
yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua
kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience
yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
2.3.4
Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan
yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi
pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat
di laksanakan oleh orang lain.
2.3.5
Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan
instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.
2.3.6
Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari
butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir
soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece putus asa dan
tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam
isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan
“Proporsi”.
2.3.7
Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah
kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Instrument
penilaian adalah alat atau instrumen evaluasi yang baik mampu mengevaluasi
sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Adapun
jenis dari instrument penilaian itu sendiri, yaitu dengan menggunakan teknik
tes dan teknik non tes. Instrumen
penilaian yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah,
yaitu dari segi validitas, reliabilitas, objectivitas, praktikabilitas, ekonomis,
taraf kesukaran,
daya pembeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
aksara
Taipnapis,
Farida Yusuf. 2008. Evaluasi program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta
http://p4mriunsri.files.wordpress.com/2009/11/sinopsis_disertasi_ratu_ilma_unsri_20101.pdf
diunduh 8 Mei 2012
http://www.scribd.com/doc/52627746/ALAT-ALAT-EVALUASI
diunduh 8 Mei 2012
http://stahdnj.ac.id/?p=67
diunduh 8 Mei 2012
0 Komentar