KEEFEKTIFAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING


KEEFEKTIFAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP  NEGERI 4 PETARUKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Irfan Prabowo*, Ninik Setyowani, Kusnarto Kurniawan
Jurusan Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang




Abstrak
            Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling terhadap kemandirian belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP  N 4 Petarukan berjumlah 314 siswa dan sampel yang berjumlah 39 siswa yang diambil menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunkana skala psikologi dan observasi. Instrumen tersebut telah diujicobakan menggunakan validitas dengan rumus product moment odan reabilitas instrument dengan rumus Alpha. Teknik analisis data yang digunakan yakni analisis deskriptif persentase dan Uji-T ( t-test). Hasil penelitian menunjukan kemandirian belajar siswa sebelum pemberian treatment pada kategori rendah. Setelah pemberian treatment, kemandirian belajar siswa pada kategori tinggi. Hasil uji t-test menunjukan thitung (20,661) dan ttabel 5% (2,042) sehingga thitung > ttabel .Simpulan dari penelitian ini adalah layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Kata Kunci : kemandirian belajar; layanan penguasaan konten; teknik modelling

Abstract
            The purpose of this study is to find out effectiveness of content mastery services with modelling technique on student’s learning independence. The population in this study is all of VIII grade students of SMP N 4 Petarukan which consist of 314 students and the sample of 39 students was selected using purposive sampling technique. Data collection methods were using were psychological scale and observation. The instrument validity had been tested using product moment formula by Pearson and instrument reliability using Alpha test. Percentage descriptive analysis and t Test were use as the data analysis technique. Research result showed that independence learning before the treatment was in low category. After the treatment, the independence learning was in high category. The t-test result showed that tvalue (20,661) and ttable of 5% (2,042) so that tvalue > ttable. The conclusion of this research is content mastery services with modelling technique effective to develope student’s learning independence.

Key word: independence learning, , content mastery services, modelling technique




Pendahuluan
Belajar merupakan suatu usaha untuk mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari lewat buku-buku, menerima pelajaran di kelas maupun di perpustakaan sehingga ada perubahan perilaku yang tadinya tidak tahu menjadi tahu hal itu disebabkan oleh adanya pengalaman. Sesuai dengan konsep tersebut. Muhibin Syah (2007)  mengemukakan bahwa “Belajar dapat didefinisikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
Sejalan  dengan konsep tersebut Bimo Walgito (2004)  mengemukakan bahwa “Belajar merupakan perubahan perilaku yang aktual, yaitu yang nampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak nampak pada saat itu, tetapi akan nampak dilain kesempatan”. Dalam konsep belajar seorang siswa mengetahui apa yang dipelajari. Artinya siswa mempunyai gambaran dan rencana yang akan dipelajari, sehingga dalam belajarnya akan membuahkan hasil yang baik.
 Dari berbagai pendapat mengenai belajar maka belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari kegiatan meniru, latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan yang sifatnya positif ke arah yang lebih baik.
Faktor penentu keberhasilan dalam belajar adalah siswa sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan keterlibatan siswa, maka proses belajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam belajar, siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki inisiatif sendiri dalam belajar, mampu mengatasi masalah belajar tanpa bantuan orang lain, bertanggung jawab dalam belajar serta rasa percaya diri. Kemandirian akan membuat seorang siswa mampu belajar sendiri tanpa disuruh oleh pihak luar dalam kondisi ujian atau tidak ujian.
Desmita (2012) mengungkapkan “Peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yag dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan”.  Hal ini sesuai dengan keadaan yang terjadi dikelas VIII SMP N 4 Petarukan yang dapat dilihat dalam tabel berikut:





Tabel 1 Hasil Analisis DCM Tingkat Permasalahan kelas VIII SMP N 4 Petarukan

Aspek DCM

KELAS (%)
A
B
C
D
E
F
G
H
Sering takut/ cemas menghadapi ulangan
41
29,2
38,2
24
16,7
21,6
19,5
37,5
Belajar kalau ada ulangan
33,3
20,8
29,4
4
20,5
8,1
33,5
20
Belajar hanya waktu malam hari
41
38,4
40
36
41
18,9
37,5
36
Merasa malas belajar
41
16,7
14,7
4
10,3
32,4
41
4
Sering kuatir  mendapat giliran mengerjakan soal di papan tulis
38,5
20,5
29,4
16
20,5
2,7
36
16
Sering menyalin PR teman.
30
4,2
23,5
16
10,3
5,4
13,5
16
Rata-rata (%)
37
22
29
17
20
15
30
22

Berdasarkan dari data tersebut, dapat dilihat kelas VIII A mendapatkan derajat masalah tertinggi dalam Daftar Cek Masalah artinya kelas tersebut memilki paling banyak permasalahan, jika hal tersebut dibiarkan saja maka dapat menimbulkan dampak negatif bagi siswa seperti siswa tidak mempunyai tujuan dalam belajar, siswa tidak memliki tanggung jawab belajar, siswa tidak memiliki motivasi dalam belajar dan siswa akan ketergantungan dengan orang lain. Hal tersebut pastinya akan mempengaruhi nilai yang didapat siswa dalam ujian akhir, yang apabila nilai tersebut tidak memenuhi kriteria kelulusan maka siswa tidak naik kelas.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kemandirian belajarnya, apabila siswa dapat belajar dengan mandiri siswa akan dapat menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mampu menahan diri atau tidak mudah terpengaruh orang lain, mampu mengatasi masalah  bertanggung jawab, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meingkatkan kemandirian dalam belajar yaitu dengan layanan penguasaan konten.
Menurut Prayitno  (2004), “Layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Selajan dengan itu menurut Fenti (2011), “Layanan penguasaan konten adalah layanan yang membantu peserta didik menguasia konten tertentu terutama kompetensi dan/ atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan disekolah, keluarga, dan masyarakat”.  Dengan memberikan konten-konten atau kompetensi tertentu dapat berupa diskusi kelompok, latihan terbatas, survei lapangan, studi kepustakaan, percobaan, atau latihan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan siswa diharapkan bisa membantu meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Dalam proses layanan penguasaan konten ini berfokus pada proses belajar, tentu saja diperlukan teknik untuk menunjang dalam proses belajar, salah satunya adalah teknik modelling. Menurut Komalasari (2011), “Modelling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif”. Dalam teknik modelling terdapat tiga bentuk yaitu live model atau penokohan secara langsung, symbolic model model berupa film, video atau media lain, dan multiple model mengamati model dalam suatu kelompok. Tujuan modelling antara lain membentuk perilaku baru, mengurangi respon-respon yang tidak sesuai dan membantu konseli untuk memperoleh tingkah laku yang lebih adaptif serta menghapus hasil belajar yang tidak adaptif, hasil belajar yang tidak adaptif adalah perilaku tidak kemandirian siswa.
Jadi layanan penguasaan konten dengan teknik modelling dalam penelitian ini adalah upaya membantu peserta didik menguasi konten, kompetensi dan kebiasaan yang diperlukan peserta didiik agar dapat mencapai kemandirian dalam belajar yang dapat dilakukan dengan cara mngobservasi dan meniru suatu model. sedangkan untuk sumber modelnya dapat berupa live model atau tokoh yang di kagumi model , symbolic model model berupa film, video atau media lain, dan multiple model mengamati model dalam suatu kelompok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui (1) Mengetahui kemandirian belajar siswa sebelum diberikan layanan penguasaan kontren dengan teknik modelling, (2) Mengetahui kemandirian belajar siswa setelah  diberikan layanan penguasaan kontren dengan teknik modelling serta (3) Perbedaan kemandirian belajar sebelum dan setelah diberikan layanan penguasaan kontren dengan teknik modelling.

Metode Penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu layanan penguasaan konten dengan teknik modelling sebagai variabel bebas (variabel X) dan kemandirian belajar siswa sebagai variabel terikat (variabel Y). Hubungan antar variabel adalah variabel X mempengaruhi variabel Y, diharapkan pemberian layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Petarukan yang berjumlah 314 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah  purposive sampling. Sampel penelitian adalah siswa yang memiliki kemandrian belajar yang rendah yaitu siswa kelas VIII A yang berjumlah 39 siswa.
Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi dan observasi. Skala psikologi yang dibagikan kepada siswa kelas VIII A yaitu skala kemandirian belajar siswa. Observasi digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa pada saat pelaksanaan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini telah diujicobakan sebelum digunakan dalam penelitian. Untuk menguji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk dengan rumus Pearson product moment dan untuk menguji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase dan uji beda t-test karena data yang disajikan berupa data interval dan berdistribusi normal.

Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh gambaran kemandirian belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Petarukan sebelum dan setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Perbedaan Hasil Presentase Skor Sebelum dan Setelah Diberikan Layanan Penguasaan Konten dengan teknik modelling Berdasarkan Indikator kemandirian Belajar Siswa

Indikator
Pre-test
Post-test
Skor Ke-naikan (%)
%
kategori
%
kategori
Mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar
51%
Rendah
76%
Tinggi
25%
Mampu mengatasi masalah belajar tanpa bantuan orang lain
50%
Rendah
71%
Tinggi
21%
Bertanggung jawab dalam belajar
52%
Sedang
74%
Tinggi
22%
Percaya diri dalam belajar
54%
Rendah
73%
Tinggi
19%
Rata-rata
52%
Rendah
73%
Tinggi
22%
Berdasarkan pada tabel 2, diperoleh hasil pretest dan posttest kempat indikator kemandrian belajar siswa. Terjadi peningkatan pada setiap indikator kemandirian belajar siswa setelah diberikan perlakuan berupa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling sebanyak 8 kali. Hasil pretest menunjukkan rata-rata kebiasaan belajar siswa kelas VIII B termasuk dalam kategori rendah (62,0%) dan hasil posttest meningkat 22% menjadi kategori tinggi (73%).

Tabel 3 Hasil Analisis Uji Beda (t-test)
Kebiasaan Belajar Siswa
Md
Dk
N
thitung
ttabel
Kriteria
Post test – Pre test
19,5
38
39
20,661
2,042
Signifikan
Berdasarkan hasil uji beda t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar siswa sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain hipotesis yang diajukan di terima. Terbukti bahwa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis pretest menunjukan bahwa kemandirian belajar siswa kelas VIII A SMP N 4 Petarukan sebelum diberikan perlakuan berupa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling diperoleh hasil bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek-aspek kemandirian belajar yang meliputi: mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar dalam kategori rendah; mampu mengatasi masalah belajar tanpa bantuan orang lain dalam  kategori rendah; bertanggung jawab dalam belajar dalam kategori sedang; dan percaya diri dalam belajar siswa dalam kategori rendah.
Setelah diberi perlakuan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling, terjadi peningkatan kemandirian belajar siswa seperti yang diharapkan. Dari hasil perhitungan post tes tersebut, maka dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa kelas VIII A SMP N 4 Petarukan setelah diberi layanan penguasaan konten dengan teknik modelling mengalami peningkatan yaitu dalam kategori tinggi. Secara keseluruhan persentase tingkat kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 22%. Hal ini membuktikan bahwa setelah pemberian layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektik untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) terdapat perubahan yang positif yaitu berupa peningkatan yang signifikan pada kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling.
Selama proses pengamatan yang dilakukan ketika siswa mengikuti layanan penguasaan konten dengan teknik modelling bahwa siswa sudah berlatih mengerjakan tugas yang diberikan, siswa sudah mempersiapkan perlengkapan belajar sebelum diulai pelajaran tanpa diperintah, siswa sudah mencatat hal-hal penting pada saat pelajaran, siswa bertanya kepada guru ketika ada materi yang kurang paham, siswa tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas, siswa serius dalam menerima pelajaran dikelas, siswa berani mengeluarkan pendapat dikelas dan siswa tidak gerogi pada saat maju dikelas.
Selain itu, jika dilihat dari hasil analisis perindikator, semua indikator mengalami peningkatan. Dari keempat indikator kemandirian belajar siswa, indikator yang termasuk dalam skor kenaikan tertinggi yaitu mempunyai inisiatif dalam belajar. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tahar (2006) bahwa “Dalam kemandirian belajar inisiatif merupakan indikator yang sangat mendasar”. Artinya inisiatif dalam belajar sangat mempengarhi kemandirian belajar siswa dengan kata lain siswa memiliki inisiatif yang tinggi dalam belajarnya dapat membentuk kemandirian belajar siswa. Sebaliknya siswa yang memiliki inisiatif rendah dalam belajar siswa cenderung mengalami kesulitan untuk belajar secara mandiri.
Sedangkan indikator kemandirian belajar dengan kenaikan terendah yaitu percaya diri dalam belajar. Hal ini terlihat selama observasi proses pemberian layanan, dimana belum semua siswa yang memiliki rasa percaya diri. Hanya sebagian siswa yang yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya dikelas terkait dengan materi yang disampaikan.
Peneliti juga melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t-test. Hasil analisis uji coba diperoleh thitung = 20,661 dan ttabel = 2,042. Jadi, nilai thitung >  ttabel. Berdasarkan hasil uji beda tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar siswa sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan berupa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling atau dengan kata lain hipotesis yang diajukan di terima. Dengan demikian, terbukti bahwa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Petarukan tahun ajaran 2013/2014.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan rumusan masalah dapat diambil simpulan, yaitu: (1) Tingkat kemandirian belajar siswa sebelum diberi layanan penguasaan konten dengan teknik modelling menunjukkan kategori rendah. (2) Kemandirian belajar siswa setelah diberikan layanan penguasaan dengan teknik modelling konten meningkat dalam kategori tinggi. (3) Terdapat perbedaan yang signifikan kemandirian belajar siswa sebelum dan setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. Sehingga dikatakan bahwa pemberian layanan penguasaan konten dengan teknik modeling efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Ucapan Terimakasih
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat, hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan manuskrip ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada (1) Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang, (2) Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan FIP UNNES, (3) Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua jurusan BK, (4) Drs. Rusmin, Kepala Sekolah SMP N 4 Petarukan, (5) Guru BK SMP N 4 Petarukan, (6) Tim Pengembang Jurnal Jurusan Bimbingan dan Konseling dan (7) Pihak-pihak yang telah memberi masukan untuk kesempurnaan manuskrip  ini.

Daftar Pustaka
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosadakarya
Hikmawati. Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Moh. Ali & Moh. Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Muhibinsyah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Tahar & Enceng. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. 7 [2]: 91-101


Posting Komentar

0 Komentar