A.
KONSEP DASAR
Teknik relaksasi ini
dirintis oleh Edmund Jacobson (1929), dengan berpedoman bahwa
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan berada dalam peripheral musculature.
Asumsi dasar yang melatarbelakangi teknik relaksasi adalah bahwa individu
memiliki kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan fisik maupun psikisnya,
sehingga diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya
melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan. Relaksasi tidak
menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya ketegangan
melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan menyenangkan
Ada beberapa pengertian mengenai relaksasi, yaitu:
1.
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk
mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000)
2.
Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan
ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada
penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006)
3.
Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk
melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan
kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang
menyenagkan
4.
Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran
negatife yang menyertai kecemasan (Greenberg,2000)
5.
Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi
sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi
merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.
B.
JENIS-JENIS TEKNIK RELAKSASI
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1.
Autogenic Training
Yaitu suatu prosedur relaksasi dengan
membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh
seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan,
pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat,
lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang
dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang
meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan
sebagainya.
2.
Progressive Training
Progressive Training adalah prosedur teknik
relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih
lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan
berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan
tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang
diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya.
3.
Meditation
Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.
Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.
Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
C.
TUJUAN TEKNIK RELAKSASI
Tujuan dari teknik relaksasi ada dua, yaitu :
1.
Tujuan pokok relaksasi adalah membantu orang
menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan
fisik.
2.
Membantu individu untuk dapat mengontrol diri
dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat
berada dalam situasi yang menegangkan.
D.
TAHAP-TAHAP TEKNIK RELAKSASI
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan
teknik relaksasi adalah:
1.
Rasional
2.
Instruksi tentang Pakaian
3.
Menciptakan Lingkungan yang Aman
4.
Konselor Memberi Contoh Latihan Relaksasi itu
5.
Intruksi-instruksi untuk Relaksasi
6.
Penilaian setelah Latihan
7.
Pekerjaan Rumah dan Tindak Lanjut
Persiapan-persiapan
yang perlu dilakukan sebelum menerapkan teknik relaksasi antara lain:
1.
Lingkungan Fisik
Ø
Kondisi Ruangan
Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus tenang, segar, nyaman,
dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi.
Ø
Kursi
Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur
Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur
Ø
Pakaian
Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
2.
Lingkungan yang ada dalam Diri Konseli
Individu harus mengetahui bahwa:
Ø
Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan
yang perlu dipelajari dalam waktu yang relatif lama dan individu harus disiplin
serta teratur dalam melaksanakannya
Ø
Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat
dilakukan paling sedikit 30 menit setiap hari, selama frase tengah dan lanjut
dapat dilakukan selama 15-20 menit, dua atau tiga kali dalam seminggu. Jumlah
sesion tergabtung pada keadaan individu dan stress yang dialaminya
Ø
Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati
bahwa bermacam-macam kelompok otot secara sistematis tegang dan rileks
Ø
Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus
dapat membedakan perasaan tegang dan rileks pada otot-ototnya
Ø
Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila
individu mengalami ketidakenakan ketidakenakan, sebaiknya kelompok otot
tersebut tidak digerakkan meskipun individu mungkin merasa bebas bergerak
posisinya
Ø
Saat relaksasi mungkin individu mengalami
perasaan yang tidak umum, misalnya gatal pada jari-jari, sensasi yang
mengambang di udara, perasaan berat pada bagian-bagian badan, kontraksi otot
yang tiba-tiba dan sebagainya, maka tidak perlu takut; karena sensasi ini
merupakan petunjuk adanya relaksasi. Akan tetapi jika perasaan tersebut masih
mengganggu proses relaksasi maka dapat diatasi dengan membuka mata, bernafas
sedikit dalam dan pelan-pelan, mengkontraksikan seluruh badan kecuali relaksasi
dapat diulangi lagi.
Ø
Waktu relaksasi individu tidak perlu takut
kehilangan kontrol karena ia tetap berada dalam kontrol yang dasar
Ø
Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari
hari ke hari
Ø
Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan
sebagai metode kontrol diri
E.
MANFAAT dan KELEBIHAN TEKNIK RELAKSASI
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi, menurut
Welker,dkk,dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa
manfaat sebagai berikut:
1.
Memberikan ketenangan batin bagi individu
2.
Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah
3.
Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa
4.
Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi
lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak
5.
Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap
penyakit
6.
Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih
baik
7.
Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas
dan rasa optimis atau keyakinan
8.
Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan
dengan orang lain
9.
Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan,
insomnia, perasaan lelah dan tidak enak badan
10. Mengurangi
hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi merokok,
mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada saat menstruasi
serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan.
F.
KEKURANGAN TEKNIK RELAKSASI
Kekurangan kteknik relaksasi adalah sebgai berikut:
1.
Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu
yang relative lama (karena dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya sekali)
2.
Pelaksanaanya membutuhkan tempat yang kondusif
(nyaman dan tenang)
3.
Konseli yang kurang bisa memfokuskan pikiran
atau konsentrasinya dapat menghambat pelaksaan teknik relaksasi
4.
Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup
banyak
Selain itu,
menurut Nadjamuddin keterbatasan dalam pelaksanaan relaksasi antara lain
disebabkan karena adanya faktor:
1.
Faktor Teknis
Faktor teknis ini meliputi kurang
terampilnya instruktur dalam memberikan instruksi, sehingga kesannya kaku;
media yang digunakan dalam relaksasi kurang begitu diperhatikan; kondisi
ruangan kurang diperhatikan.
2.
Faktor dari Dalam Diri Konseli
Konseli kurang bisa mengontrol diri;
konseli salah kostum; konseli mengutamakan nilai pribadinya
3.
Faktor dari Masalah Konseli itu Sendiri
Beratnya masalah yang dihadapi konseli itu
membuatnya dikuasai masalah tersebut padahal seharusnya dia harus mampu
menguasai masalah tersebut. Meskipun dia sudah beberapa kali diterapi kurang
menunjukkan perubahan yang lebih baik.
A.
KONSEP DASAR TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Desensitisasi
sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang
diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Desensitisasi sistematis
dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melamahkan
keukatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa dikendalikan dan
dihapus melalui penggantian stimulus, melibatkan teknik relaksasi. Melatih
konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman
pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasikan.
Menurut Lutfi fauzan teknik desensitisasi sitematis
merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari teori atau
pendekatan behavioral klasikal yang memandang manusia atau kepribadian manusia
pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari
interaksi individu dengan lingkungannya.
B.
TUJUAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Tujuan teknik desensitisasi sistematis
adalah :
1.
Teknik desensitisasi sistematis bermaksud
mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan
yang dialami konseli.
2.
Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan
dengan kelainan pribadi atau masalah sosial.
C.
TAHAP-TAHAP DESENSITISASI SISTEMATIS
Langkah-langkah
dalam melakukan desensititasi sistematis yaitu :
1.
Analisis tingkah laku yang membangkitkan
kecemasan
2.
Menyusun tingkat kecemasan
3.
Membuat daftar situasi yang memunculkan/
meningkatkan taraf kecemasan mulai dari ypng paling rendah sampai paling
tinggi’
4.
Melatih relaksasi konseli yang digariskan
Yacobsen dan diuraikan secara rinci oleh Wolpe yaitu dengan berlatih
pengenduran otot dan bagian tubuh dengan titik berat wajah, tangan, kepala,
leher, pundak, punggung, perut, dada, dan anggota badan bagian bawah.
5.
Konseli mempraktikan 30 menit setiap hari,
hingga terbiasa untuk santai dengan cepat.
6.
Pelaksanaan Desensitisasi sistematis konseli
dengan santai dan mata tertutup.
7.
Meminta konseli membayangkan dirinya berasa pada
satu situasi yang netral, menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli
santai diminta membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat
paling rendah.
8.
Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat
yang memunculkan rasa cemas dan hentikan.
9.
Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli
santai, diminta membayangkan lagi pada situasi dengan kecemasan yang lebih
tinggi dari sebelumnya.
10. Terapi
selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkansituasi yang
sebelumnya paling menggelisahkan dan mencemaskan.
11. Cocok
untuk kasus fobia, takuk ujian, impotensi, friggitas, kecemasan neurotic,
ketakutan yang digeneralisasi.
Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan sebuah desensititasi tidak berhasil
dilakukan. Penyebab kegagalan disensititasi sistematis tersebut antara lain :
1. Konseli
yang mengalami kesulitan dalam melakukan relaksasi.
2. Tingkatan
kecemasan yang tidak relevan atau tidak tepat saat disusun bersama konseli.
3. Ketidakmemadaian
dalam membayangkan.
D.
MANFAAT dan KELEBIHAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Manfaat teknik
desensititasi sistematis
1.
Mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari
lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah
lain.
2.
Dapat melemahkan atau mengurangi perilaku
negatifnya tanpa menghilangkannya.
3.
Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam
kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu.
4. Menghilangkan
tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
5. Menghilangkan
perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan
dengan perilaku yang akan dihilangkan
E.
KEKURANGAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Terdapat Konselor
yang masih mendasarkan konseling dengan menggunakan teknik yang berakar pada
hukum-hukum belajar
1.
Tidak semua konselor mampu berperan propagandist
dalam penerapan teknik konseling Desensitisasi Sistematis.
2.
Dalam teknik desensitisasi sistematis perlu
melibatkan teknik-teknik lain untuk membantu konseli . Contoh: relaksasi
3.
Teknik ini memerlukan waktu yang lama untuk
penerapannya sebab terdapat tahap-tahap atau tingkatan yang berkelanjutan dalam
membantu konseli. Misalnya
Tahap I : menghilangkan kecemasan tingkat
rendah
Tahap II : menghilangkan kecemasan tingkat
sedang
Tahap III : menghilangkan kecemasan tingkat
tinggi
4.
Konselor perlu membuat format-format tertentu
yang sangat detail mengenai masalah konseli sesuai dengan tingkatan atau
tahapan-tahapan teknik ini.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari,
G. dkk.2011.Teori dan Teknik Konseling.Jakarta.Indeks.
Http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/29/teknik-konseling-individu-relaksasi/diunduh
2/10/2011
Http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/31/koseptual-tentang-desensitisasi-sistematis/diunduh
2/10/2011
Http://tresacounselor.blogspot.com/2011/03/teknik-desensitisasi-sistematis.html/
diunduh 4/10/2011
2 Komentar
Terimakasih..
BalasHapusSangat membantu ^_^
wokeee
Hapus