A.
PENGERTIAN MODELING
Modeling merupakan belajar melalui
observasi dengan menambahkan atau atau mengurangi tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir bebrbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.
B.
TUJUAN
MODELING
Penggunaan teknik disesuaikan dengan
kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan digunakannya teknik ini beberapa
diantaranya yaitu :
1.
Membantu individu mengatasi fobia,
penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau alcohol,
2.
Membantu menghadapi penderita
gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis.
3.
Untuk perolehan tingkah laku sosial
yang lebih adaptif.
4.
Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan
perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
5.
Membantu konseli untuk merespon hal-
hal yang baru.
6.
Melaksanakan tekun respon- respon
yang semula terhambat/ terhalang
7.
Mengurangi respon- respon yang tidak
layak
Menurut Willis (2004 : 78) tujuan
dari modeling yaitu
1.
Menghilangkan perilaku tertentu
2.
Membentuk perilaku baru
C. HAL-HAL
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENERAPAN PENOKOHAN (MODELING)
1. Ciri
model seperti : usia,status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan,
penting dalam meningkatkan imitasi.
2. Anak
lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.
3. Anak
cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya.
4. Anak
cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka. Gadis lebih
mengimitasi ibunya.
D. LANGKAH-LANGKAH
MODELING
1. Menetapkan
bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model)
2. Pada
live model , pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang
memiliki kesamaan seperti : usia, status ekonomi, dan penampilan fisik.
3. Hal
ini penting terutama bagi anak-anak.
4. Bila
mungkin gunakan lebih satu model.
5. Kompleksitas
perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.
6. Kombinasikan
modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan.
7. Pada
saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.
8. Bila
mungkin buat desain pelatihan untuk
konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada
penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.
9. Bila
perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling silakukan mulai dari yang
paling mudah ke yang paling sukar.
10. Sekenario
modeling harus dibuat realistik
11. Melakukan
pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi
konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang
menyenangkan konseli)
E.
JENIS MODELING
terdapat beberapa tipe modeling,
yaitu :
1.
modeling tingkah laku baru
modeling tingkah laku baru yang dilakukan
melalui observasi terhadap model tingkah laku yang tidak diterima secara social
inidividu memperoleh tingkah laku baru.
2.
modeling tingkah laku lama
modeling tingkah laku lama yaitu dengan
meniru tingkah laku yang tidak diterima social akan memperkuat/ memperlemah
tingkah laku tergantung tingkah laku model yang diganjar atau dihukum
3.
modeling kondisioning
modeling kondisioning banyak dipelajari respon
emosional
4.
modeling simbolik
modeling simbolik yaitu modeling melalui
film dan televise menyajikan contoh tingkahlaku.
F.
MANFAAT MODELING
Manfaat dari modeling yaitu :
1.
Agar memperoleh keterampilan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
2.
Memberikan pengalaman belajar yang
bisa dicontoh oleh konseli.
3.
Menghapus hasil belajar yang tidak
adaptif.
4.
Memperoleh tingkah laku yang lebih
efektif.
5. Mengatasi
gangguan-gangguan keterampilan sosial, gangguan reaksi emosional dan
pengendalian diri
G.
TAHAP
MODELING
1.
Perhatian : memperhatikan model yang akan ditiru
2.
Representasi : disimbolsasikan dalam ingatan
(berimajinasi)
3.
Peniruan Tingkah Laku : meniru model
4.
Motivasi dan Penguatan : motivasi unttuk lebih
mirip dengan model, imitasi lebih kuat,
H.
APLIKASI MODELING
Jika konselor hendak melaksanakan
konseling dengan teknik modeling langsung, maka langkah-langkah yang hendaknya
diambil antara lain:
1.
Meminta konseli untuk memperhatikan
apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan.
2.
Memilih model yang serupa dengan
konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi
tujuan dalam bentuk tiruan.
3.
Menyajikan demonstrasi model
tersebut dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli
bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini.
4.
Meminta konseli menyimpulkan apa
yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut.
5.
Adegan yang dilakukan bisa jadi
lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan, konseli dapat diminta untuk meniru
memperagakan tingkah laku model itu yang paling baik konselor dapat menekankan
bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian mengulang
tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli didorong
untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor
memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Gantina. Dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT Indeks
Willis, Sofyan
S. 2004. Konseling Individual teori dan
praktek. Bandung : Alfabeta.
http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/23/teknik-modeling/diunduh
17september 2011.
0 Komentar