A.
PENGERTIAN
DEVIASI
Dalam kehidupan masyarakat muncul dan
berkembang suatu karakteristik, nilai dan norma yang diyakini dan dianut oleh
masyarakat tersbut yang mengatur dan membatasi perilaku individu. Namun tidak
jarang dalam kehidupan masyarakat tersbut terjadilah penyimpangan dan perbedaan
dalam berperilaku.
Kartini Kartono (2007:11) mengartikan
deviasi atau penyimpangan merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tendensi
sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi.
Dalam Kamus Besar Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan
yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum
yang ada di dalam masyarakat.
Perilaku
menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial hakikatnya merupakan perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan
atau kepatutan,
baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama)
secara individu
maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial
(dalam http://wikepedia.com
). Sejalan dengan pendapat diatas Hendropuspito (1989) mengartikan deviasi
ialah Suatu tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok diluar,
melawan kaidah sosial yang berlaku di masyarakat.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa deviasi atau perilaku menyimpang adalah perilaku yang dilakukan
individu yang bertentangan/menyimpang dari ciri karakteristik masyarakat
kebanyakan dan norma/nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Sebagai
contoh deviasi/perilaku menyimpang adalah perkawinan dibawah umur,
homoseksualitas, alkoholisme kronis, anak usia 7 tahun yang tidak bersekolah,
dan lain sebagainya,
B.
ASPEK-ASPEK
TINGKAH LAKU YANG MENYIMPANG
Ciri-ciri tingkah laku yang menyimpang itu
bisa dibedakan tegas, yaitu :
1. Aspek lahiriah, bisa diamati dengan
jelas.
Aspek ini dibagi dalam dua
kelompok, yaitu :
a.
Deviasi lahiriah yang verbal dalam
bentuk : kata-kata makian, slang (logat,
bahasa populer), kata-kata kotor yang tidak senonoh dan cabul, sumpah serapah,
dialek-dialek dalam dunia politik dan dunia kriminal, ungkapan-ungkapan sandi,
dan lain-lain.
Misalnya, penamaan “babi” untuk
pegawai negeri atau pemerintahan “singa” untuk tentara “serigala”, untuk polisi
“kelinci”, untuk orang-orang yang bisa dijadikan mangsa (dirampok atau dicopet,
digarong), dan seterusnya.
b.
Deviasi lahiriah yang nonverbal : semua
tingkah laku yang nonverbal yang nyata kelihatan.
2.
Aspek-aspek
simbolik yang tersembunyi.
Mencakup
sikap-sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen, dan motivasi-motivasi yang
mengembangkan tingkah laku menyimpang. Berupa mens rea (pikiran yang paling
dalam dan tersembunyi), atau berupa iktikad kriminal di balik semua aksi-aksi
kejahatan dan tingkah laku menyimpang.
Hendaknya selalu
diingat, bahwa sebagian besar dari tingkah laku penyimpangan (ex: kejahatan,
pelacuran, kecanduan narkoba, dan lain-lain) itu tersamar dan tersembunyi
sifatnya, tidak kentara atau bahkan tidak bisa diamati.
C.
MACAM-MACAM
DEVIASI DAN LINGKUNGANNYA
Deviasi / penyimpangan tingkah laku itu
sifatnya bisa tunggal, misalnya hanya kriminal saja dan tidak alkoholik atau
mencandu bahan-bahan narkotik. Namun juga bisa jamak sifatnya, misalnya seorang
wanita tunasusila sekaligus juga kriminal.
Deviasi
dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Individu-individu
dengan tingkah laku bermasalah yang merugikan bagi orang lain, akan tetapi
tidak merugikan diri sendiri.
2. Individu-individu
dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi masalah bagi diri sendiri, tetapi
tidak untuk orang lain.
3. Individu-individu
dengan deviasi tingkah laku yang menjadi masalah bagi diri sendiri dan bagi
orang lain.
Deviasi
tingkah laku selalu berlangsung dalam satu konteks sosio-kultural dan
antarpersonal. Sehubungan dengan lingkungan sosio-kultural ini, deviasi tingkah
laku dapat dibagi menjadi :
1.
Deviasi
Individual
Beberapa
deviasi ditimbulkan oleh cirri-ciri yang unik dari individu yang berasal dari
anomali-anomali, variasi-variasi biologis, dan kelainan-kelainan psikis
tertentu yang sifatnya ada sejak lahir. Kelainan cirri juga disebabkan oleh
penyakit dan kecelakaan.
Devisasi
jenis ini sifatnya simptomatik yaitu disebabkan oleh konflik-konflik intra
psikis yang kronis dan sangat dalam atau berasal dari konflik-konflik yang
ditimbulkan oleh identifikasi-identifikassi yang kontroversal bertentangan satu
sama lain. Individu yang termasuk deviasi individual misalnya : anak-anak luar
biasa, fanatisi, idiot savant dan individu-individu psikotis.
2.
Deviasi
Situasional
Deviasi
jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial
diluar individu atau oleh pengaruh situasi,dimana pribadi yang bersangkutan
menjadi bagian integral dari dirinya.
Situasi
dan kondisi sosial atau sosiokultural yang selalu berulang-ulang dan
terus-menerus akan mengkondisionisasi dan memperkuat deviasi-deviasi sehingga
kumulatif sifatnya. Deviasi sosial yang kumulatif itu merupakan produk dari
konflik cultural yaitu produk dari periode-periode dengan banyak konflik
cultural. Konflik budaya atau cultural ini dapat diartikan sebagai:
a. Konflik
antara individu dengan masyarakat.
b. Konflik
antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari atau lebih kelompok-kelompok
sosial.
c. Konflik-konflik
introjeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang hidup dalam lingkungan
sosial penuh dengan nilai dan norma-norma yang bertentangan.
Apabila tingkah laku menyimpang ini berlangsung secara
meluas dalam masyarakat, maka dapat menyebabkan deviasi situasional kumulatif.
Berikut beberapa contoh deviasi situasional :
a. Kebudayaan korupsi.
b. Pemberontakan anak remaja.
c. Adolescent revolt.
d. Deviasi-deviasi seksual disebabkan oleh penundaan saat
perkawinan jauh sesudah kematangan biologis serta pertimbangan-pertimbangan
ekonomis dan banyak disimulasi oleh rangsangan-rangsangan dari film “biru”,
buku-buku porno dan tingkah laku yang asusila.
e. Peristiwa homoseksual yang banyak terjadi dikalangan
narapidana di penjara-penjara.
3.
Deviasi
Sistematik
Deviasi sistematik pada hakikatnya adalah satu subkultur atau satu sistem
tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal,
peranan-peranan, nilai-nilai, rasa kebanggaan, norma dan moral tertentu yang
semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang
menyimpang dari norma umum, kemudian dirasionalisasi atau dibenarkan oleh semua
anggota kelompok dengan pola yang menyimpang itu. Sehingga penyimpangan tingkah
laku deviasi-deviasi itu berubah menjadi deviasi yang terorganisasi atau
deviasi sitematik. Pada umumnya, kelompok-kelompok deviasi itu mempunyai
peraturan-peraturan yang sangat ketat, sangsi, dan hukum-hukum yang sangat
berat yang diperlukan untuk bisa menegakkan konformitas dan kepatuhan
anggota-anggotanya.
Kelompok-kelompok deviasi itu pada umumnya memiliki pola
organisasi yang unik, kode-kode etik, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang
aneh untuk menegakkan gengsi dan status sosialnya. Biasanya
organisasi-organisasi demikian merupakan pecahan organisasi induknya, yang
kemudian menyimpang dari pola aslinya, karena alasan-alasan menolak kebekuan
dalam organisasi induknya.
Proses perpecahan atau pembelahan semacam ini tidak hanya berlangsung pada
organisasi-organisasi saja, akan tetapi juga berlangsung disegenap lapisan
masyarakat. Penyebab deviasi sistematik, yaitu :
a.
Kesulitan
untuk berkomunikasi.
b.
Tidak
adanya urgensi serta kurangnya motivasi untuk mengorganisasi diri.
Selain
macam deviasi diatas, terdapat macam deviasi yang lain berdasarkan sifatnya,
yaitu :
a.
Deviasi Postif, adalah penyimpangan yang
mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif,
kreatif,
dan memperkaya wawasan
seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang
memunculkan wanita karier.
b.
Deviasi Negatif, adalah penyimpangan yang bertindak
ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal
yang buruk.
Bentuk
penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
·
Penyimpangan
primer (primary deviation).
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya
bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
·
Penyimpangan
sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk,
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Walgito,
Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar). Yogyakarta : Andi Offset.
0 Komentar