PERMASALAHAM BIMBINGAN KONSELING (DILAPANGAN)

1.      Konselor dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranana  konselor disekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan “Barang siapa diantara siswa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor/ guru BK”. Tidak jarang Konselor di tugaskan mencari mengusut perkelahian atau pencurian. Konselor di dorong untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatuyang tidak pada tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan.

Dapat dibayangkan bagaimana tanggapan siswa tentang konselor, wajar jika siswa mwnjadi takut dan tidak mau dekat dengan konselor. Konselor di satu sisi menjadi “kerangjang sampah”, yaitu tempat ditampungnya siswasiswa rusak atau tidak beres, dilain pihak sebagai “manusia super” yang harus dapat mengetahui dan mengungkapkan hal-hal yang musyykil yang melatar belakangi suatu kejadian atau masalah.
Pwetugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas atau polisis yang selalu mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring penunjuk jalan, pembangun kekuatan dan Pembina tingkah laku positif yang dikehendaki.
2.      Bimbingan dan konseling di anggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasehat. Pemberian nasihat hanya sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling meyangkut seluruh kepentingan konseli dalam rangka pengembangan diri konseli secara optimal. Selain pemberian nasihat konseli jyga memerlukan pelayanan lain, seperti pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, konseling, bimbingan belajar, alih tanhan kasus, layanan kepada orang tua siswa dan masyrakat, dan sebagainya.
3.      Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental
Pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak pada masalah yang dirasakan konseli pada saat sekarang, yang sifatnya diadakan. Namun pada hakekaatnya pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Petugas bimbingan dan konseling harus terus memasyrakatkan danb membangun suasana bimbingan dan konseling, serta mampu melihat hal-hal tertentu yang diolah, di tanggulangi, diarahkan, dikembangkan, dan secara umum di perhatikan demi perkembangan segenap individu.
4.      bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk konseli-konseli tertentu saja.
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan hanya tertuju pada konseli tertentu saja, tetapi terbuka un tuk siapa saja untuk individu atau kelompok yang memerlukan.. misalnya disekolah, semua siswa berhak mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling dan mempunyai kesempatak yang sama, kapan, dimana dan bagaimana pelayanan itu diberikan.
Jikapun ada penggolongan, maka penggolongan itu didasarkan atas klasifikasi masalah ( seperti masalah belajar, karir, social, agama, dan lain sebgainya).
5.      Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”
Seorang konselor haruslah bisa menempatkan konseli pada tempat yang semestinya, misalnya konseli itu mengalami keabnormalan tertentu, maka seyogyanya konseli tersebut menjadi konseli psikiater. Konselor yang mempunyai kemampuan tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada diri konseli sehingga konseli tersebut perlu dikirim ke dokter atau ke psikiater atau tidak. Pelayaanan masalah oleh ahlinya secara tepat akan memberikan jasmani yang telah kuat bagi keberhasilan dirinya.
6.      Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsure-unsur budaya, social dan lingkungan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalahh yang sedang dihapai konseli. Disekolah misalnya masalah yang dihapadi siswa tidak berdiri sendiri. Maslah seringkali saling terkait dengan orang tua siswa, guru, lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu penanggulangan tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor saja, melainkan melibatkan juga pihak-pihak lain.
7.      Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
Usaha pelayanan seharusnyalah dipusatkan pada masalah yang sebenarnya. Konselor tidak boleh terpukau pada keluhan atau maslah yang pertama yang disampaikan oleh konseli. Konselor harus mampu meyelami sedalam-dalamnya masalah yang sebenarnya.
8.      Bimbingan dan konseling hanya dibatasi pada hanya malah yang ringan saja
Dalam hal ini memberikan sifat ringan atau berat kepada masalah yang dihadapi klien tidaklah perlu dan itu tidak akan membantu meringankan usaha pemecahan masalah itu sendiri karena tugas bimbingan dan konselong adalah meangani secara cermat dan tuntas.
9.      Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrument bimbingan dan konseling ( missal m: tes, incentori, angket dan alat pengungkap lainnya).
Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan saran utama yang pasti ada dan dapat dikembangkan pada diri konselor ialah dan ketrampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakan instrument ( missal m: tes, incentori, angket dan alat pengungkap lainnya). Hanyalah sekedar pembantu. Petugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan.
10.  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
Cara menangani klien hendaknya ddisesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkai tdengannya, karena klien adalah individu yang unik. Bahkan untuk masalah yang sama sekalipun cara yang dipakai perlu dibedakan. Pada dasarnya oemakaian suatu cara terggantung pada pribadi klien, jenis, dan sifat msalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan knseling dan sarana yang tersedia.
11.  Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
Disadari bahwa masalah yang dialami setiap orang pasti ingin segera terselesaikan, dan hasilnyapun dapat dilihat dengan segera. Pemgubahana pandangan dan tingkah lakus seringkali harus melalui proses yang mungkin perlu berlangsung beberapa hari, minggu atau bulan.
Usaha bimbingan dan konseling bukanlah lampu aladin yang sekejap dapaty mewujudkan sesuatu yang diminta, usaha yang menyangkut aspek-aspek mental dan tingkahlaku tidaklah dapat didesak-desakan sehingga lekas masak. Pendekatan ingin ,mencapai hasil segera mungkin justru dapat melemahkan usaha itu sendiri.
Selain permasalah yang ada diatas, ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling
1.      Permasalahan bimbigan dan konseling berkaitan dengan personal
Permasalahan yang paling krusial dalam layanan bk di sekolah,khususnya dalam pengembangan profesi konselor sekolah.guru bk kesulitan memberikan layanan optimal terhadap siswa.selama ini kebanyakan yang dapat dilakukan, memberikan layanan tidak langsung. Permasalahan ini di sebabkan oleh "terbatasnya waktu" dalam memberikan layanan bk.guru bk dianggap "tidak kerja" oleh guru mata pelajaran,karena hasil kerjanya tidak terlihat.dalam memberikan layanan klasikal tidak diberi jadwal,melakukan konseling individual & kelompok/bimbingan kelompok dianggap "mengganggu" jam pelajaran.apa yang harus dilakukan guru bk/konselor untuk dapat memberikan layanan prima pada siswa. Selain itu bakyaknya guru bk yang ada di sekolah bukan lulusan dari perguruan tinggi jurusan bimbingan dan konseling melainkan ada yang dari psikologi bahkan ada juga guru mata pelajaran yang merangkap sebagai guru bk, secara tidak langsung hal ini “menurunkan derajat” guru bk yang ada.

2.      Permasalahan bimbigan dan konseling berkaitan dengan manajemen
Permasalahan bimbingan dan  konseling yang berkaitan dengan manajemen diantara kurang bisanya guru bk dalam melakukan pengadministrasian. Administrasi dan manajemen pada dasarnya merupakan kegiatan menghidupkan dan mengendalikan organisasi. Organisasi adalah “wadah” atau badan, yakni kumpulan orang dimana didalamnya dilakukan proses pembagian kerja dan sistem hubungan yang disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama. Tiap organisasi membutuhkan administrasi dan manajemen digerakkan dan dikendalikan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui sistem kerja sama sekelompok orang.

3.      Permasalahan bimbigan dan konseling berkaitan dengan layanan
Permasalahan bimbigan dan konseling berkaitan dengan layanan yang umumnya terjadi yaitu kurang optimalnya penyampaian layanan kepada siswa. Hal itu bisa dikarenakan seorang gutu bk kurang menguasai layanan yang ada seperti layanan orientasi, layanan inforamsi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar, dan layanan penunjang lainnya. Tidak sedikit guru bk yang ada di sekolah tidak memberikan semua layanan yang ada, karena dianggap layanan tersebut tidak penting bagi siswa.




DAFTAR PUSTAKA


Prayitno dan Erman Amti.2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:               
            PT Rineka Cipta

Maya, Sherly. 2010. Definisi Manajemen, Administrasi Pendidikan, Manajemen Khusus, dan kaitannya dengan manajemen Sarana prasarana. Diunduh dari http://sherlymaya.wordpress.com/2010/04/01/definisi-manajemen-administrasi-pendidikan-manajemen-khusus-dan-kaitannya-dengan-manajemen-sarana-prasarana/ pada tanggal 19 Marret 2011.

Posting Komentar

0 Komentar